05 November 2011

Berqurban Setiap Hari, Bukan Setahun Sekali

Tanggal 10 Dzulhijjah 1432 jatuh pada tanggal 6 Nopember 2011 M. Berarti hari raya Idhul Adha 1432 dilaksanakan secara serempak pada tanggal 6 Nopember 2011. Alhamdulillah kali ini semua ormas Islam sepakat berlebaran qurban di hari yang sama. Hal ini diputuskan pada saat sidang itsbat Jumat, 28 Oktober 2011 di Jakarta (tempointeraktif.com, Sabtu, 05 November 2011 | 05:41 WIB).

Idhul Adha tahun ini mari kita jadikan sebagai ajang untuk meningkatkan jiwa sosial kita. Karena berqurban bukan hanya saja ibadah kita kepada Allah SWT, namun juga berdimensi sosial. Hewan qurban yang nantinya disembelih, dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat, terutama kepada masyarakat yang berekonomi lemah.

Berqurban kita jadikan sebagai budaya, bukan sebagai momen tahunan yang dilaksanakn satu kali setiap tanggal 10 Dzulhijjah, tetapi bukan pula setiap hari membeli hewan qurban untuk disembelih. Kita jadikan momen ini sebagai ajakan dan pengingat, bahwa masih banyak masyarakat yang termasuk dalam kategori ekonomi lemah. Mereka membutuhkan bantuan dari orang - orang yang mampu. Dari sinilah diharapkan orang - orang yang mampu menjadi dermawan, menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu masyarakat miskin.

Membantu tidak harus secara langsung berupa uang atau bingkisan yang langsung bisa di manfaatkan. Lebih baik jika uang atau barang yang di shodaqohkan di manfaatkan agar masyarakat miskin tidak hanya sebagai peminta - minta, tetapi sebagai masyarakat yang kreatif.

Ibaratnya akan memancing, meraka tidak diberikan ikan secara langsung, tetapi diberikan kail dan umpan agar mereka bisa memancing ikan. Cara ini lebih kreatif dan berdampak positif dibandingkan memberikan uang / bingkisan secara langsung. Meraka diberikan modal simpan pinjam tanpa bunga, lapak untuk berjualan, pelatihan usaha kecil atau mendirikan lapangan pekerjaan.

Bukan berarti tidak boleh memberi secara langsung, itu sah - sah saja. Kita hanya memberi batasan agar pemberian secara langsung tersebut tidak terlalu sering. Selebihnya di manfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif.

Tetapi di Indonesia, masih banyak para dermawan yang tidak melalukan hal itu. Dermawan hanya memberikan amplop berisi uang serta bingkisan bersisi sembako, sehingga tiap tahun para peminta - mita tidak berkurang, tapi malah semakin bertambah. Secara tidak langsung memberikan uang / bingkisan secara langsung akan mendidik mereka menjadi orang yang malas karena hanya mengandalkan pemberian orang lain. Mereka akan menunggu dan mencari orang  - orang yang mau memberi mereka. Jangankan bekerja mandiri, mencari pekerjaan pun mereka tidak mau karena suda ada orang yang mencukupi kebutuhan meraka.

Semoga para dermawan dapat menyalurkan shodaqoh mereka ke lembaga - lembaga penyalur terpercaya agar dapat dimanfaatkan menjadi yang lebih baik.

01 November 2011

Gus Dur dan Megawati Ternyata Saudara?

DALAM dialog TVRI, yang dipandu Garin Nugroho dan Usi Karundeng, saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur ditanya tentang hubungannya yang memburuk dengan Megawati. Gus Dur pun membantahnya.

Sebab, kata dia, dirinya dan Megawati masih kerabat cukup dekat. Loh ini benar-benar berita baru. Dari mana asal-usul hubungan kekerabatnnya itu?

"Lah Megawati itu kan anaknya Bung Karno," jawab Gus Dur, tentu semua orang sudah tahu. "Lah Bung Karno itu siapa? Kan keturunan Raden Patah (Raja pertama kerajaan Islam Demak) Saya sendiri siapa? Saya ini keturunan adiknya Raden Patah," imbuhnya.

Tentu saja pernyataan ini membuat pekerjaan besar para sejarahwan Indonesia, untuk mengecek kebenaran info dari Gus Dur itu. Yang jelas jajaran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sendiri sungguh tak paham ihwal hubungan darah Gus Dur dan Megawati ini.

Seorang tokoh PKB, saat ditanya wartawan di Gedung DPR sambil mengangkat tangan mengaku, "Wah soal ini saya tidak tahu menahu," dan buru-buru melangkah pergi, khawatir diminta penjelasan mengenai ketidaktahuannya itu. 
Sumber : http://news.okezone.com/GUSDUR/

TK Abdurrahman Wahid

SETELAH Gus Dur meninggal dunia, banyak pihak yang mengusulkan agar namanya diabadikan sebagai nama antara lain pada universitas, museum, nama jalan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa mantan Presiden RI tersebut.

Misalnya Universitas Abdurrahman Wahid di Jakarta, Museum Gus Dur di Jombang, Jalan Abdurrahman Wahid di Surabya, serta Wahid Institute.

Maraknya perbincangan itu membuat pengurus LTMI PBNU Mukhlas teringat dengan humor Gus Dur waktu berkunjung ke Jombang.

Di tempat kelahirannya itu, kata Mukhlas, Gus Dur pernah bercerita bahwa nama kakeknya telah diabadikan menjadi nama universitas, yaitu Institut Keislaman Hasyim Asy'ari (IKAHA) Tebuireng.

Sementara nama ayahnya telah diabadikan menjadi nama SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng dan SMP A. Wahid Hasyim. “Nah berarti saya nanti cuma kebagian TK Abdurrahman Wahid,” ujar Gus Dur, seperti ditirukan Mukhlas. (rhs)

Sumber : http://news.okezone.com/GUSDUR/

Menyengsarakan Anggota DPR

SUATU hari di negara antah berantah, muncul suatu kebijakan baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya di negara lain. Kebijakan itu yakni, setiap orang yang berstatus wakil dinaikkan pangkatnya. Wakil presiden jadi presiden, wakil direktur menjadi direktur, wakil komandan menjadi komandan wakil gubernur menjadi gubernur, wakil RT menjadi ketua RT dan seterusnya. Yang penting dalam program ini tidak ada penggusuran posisi. Perkara ada posisi ganda, itu bisa diatur dalam pembagian tugasnya. Masalah pembengkakan anggaran, semua ditanggung oleh negara. Sesudah mantap dengan rencana itu, diajukanlah program ini ke DPR untuk mendapatkan persetujuan mereka. Ternyata mereka menolak. Betul-betul menolak keras. Bahkan, ditolak mentah-mentah dengan sangat keras. Alasannya, program ini menyengsarakan anggota DPR. Bayangkan, mereka akan berubah status dari wakil rakyat menjadi rakyat. (rhs)
 
Sumber : http://news.okezone.com/GUSDUR/